KOTA BIMA, BIMA TODAY.--- Rizki Amalia, warga Lingkungan Benteng, Kelurahan Melayu, Kecamatan Asakota, Kota Bima awal mulanya menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Negara Malaysia.
Riski Amalia menjadi TKW di Negeri Jiran, dia meninggalkan buah hatinya yang baru berumur satu tahun 8 bulan. Masalahnya, bukan penghasilan besar yang didapat melainkan penderitaan. Deritanya, karena Rizki Amalia dikabarkan telah "dipenjara" alias di bui oleh Polisi Malaysia.
Diduga kuat Janda kelahiran Bima Tahun 2001 itu ditahan karena dokumennya tidak lengkap alias ilegal.
Ibunda Rizki Amalia yakni Yati mengaku, dirinya mendapat informasi penahanan putrinya oleh polisi malaysia sekitar beberapa minggu lalu. Hal itu diperoleh dari temannya yang juga TKW di Malaysia.
"Anak saya sudah ditangkap dan di bui, dari sekian yang ditahan hanya anak saya yang berasal dari Bima. Sedangkan, yang lain dari Kalimantan," akunya pada Wartawan.
Rizki Amalia berangkat ke Malaysia lewat Jubaedah Kongo, orang kepercayaan perusahaan PJTKI. Bahkan, Perempuan asal Kelurahan Sarae, Kecamatan Rasana'e Barat itu, menemani Rizki mulai di Bima hingga Pulau Jawa.
"Saya hanya kenal dengan Jubaedah Kongo, karena dia yang mendampingi anak saya mulai di Bima hingga ke tempat penampungan," ujarnya.
Saat ini, keadaan ibunda tercinta nya Rizki sangat memprihatinkan,beban pikirannya berat. Pasalnya, selain kabar soal penahanan juga tidak dapat melakukan komunikasi dengan Putri nya.
"Sebagai seorang Ibu, tentu saya merasa kepikiran. Apalagi, sekarang sudah tidak bisa lagi. Kemungkinan HP nya sudah disita oleh Polisi Malaysia," ucapnya.
Upaya untuk mengembalikan putrinya ke Kota Bima sudah sering kali dilakukan. Salah satunya, dengan meminta tanggungjawab Jubaedah Kongo dan Perusahaan.
"Tapi tidak membuahkan hasil, justeru mereka bilang itu bukan tanggungjawab perusahaan. Sebab, putri saya sudah berada di Malaysia. Saya bingung mau minta bantuan ke siapa. Saya curhat ke Wartawan dengan harapan dapat membantu. Sehingga, kami bisa kembali berkumpul," ujarnya.
Baginya, kepulangan Putrinya ke Indonesia merupakan harapan terbesar. Sebab yang menjadi beban pikiran nya saat ini bukan saja nasib dan keadaan Rizki Amalia, tapi juga anak yang ditinggalkan nya.
"Bagi saya, lebih baik dia (Rizki) menjual pisang goreng di Negeri sendiri daripada menderita di negeri orang. Karena itu saya memohon dan berdo'a, mudah-mudahan ada pihak yang terketuk hatinya untuk membantu anak saya," harapnya. (BT01)