![]() |
Karyawan Keporasi Jaya Utama. |
BIMA, BIMA TODAY. - Sedikitnya Enam orang karyawan Koperasi Jaya Utama menyampaian pernyataan pers di hadapan sejumlah media di sekret Pawarta Kae di desa Talabiu, Kecamatan Woha, pada hari sabtu (22/2-20).
Mereka membeberkan praktek dugaan penipuan bunga atas nama nasabah dan merugikan karyawan.
Kehadiran para karyawan lima masih aktif ini dengan kesadaran dan siap menjadi saksi atas kecurangan yang dilakukan pihak Jaya Utama. "Kami siap menjadi saksi sampai ke pengadilan atas pengakuan kami hari ini," ucap mereka mengawali jumpa persnya.
AR, MF, HN, SR, JA, dan AF mengaku pihak koperasi Jaya Utama dengan memangkas hak nasabah 1 persen dari total pinjaman. Dijabarkan angka ini diambil dari potongan pinjaman nasabah. "Misalkan kami dapat nasabah dengan pinjaman Rp 100 ribu, maka potonganya 10 persen atau dengan kata lain nasabah hanya menerima Rp 90 ribu dipotong Rp 10 ribu. Potongan ini yang sebenarnya harus kami setor sebesar 7 persen atau Rp 7 ribu, dan atas kebijakan internal hak nasabah sebesar 3 persen atau Rp 3 ribu rupiah itu diperuntukan bagi operasional karyawan. Namun oleh manager kami, kebijakan itu dirubah menjadi 8 persen sehingga operasional menjadi 2 persen" ujar mereka.
Perubahan tersebut dengan alasan, bahwa dana 1 persen itu untuk menjaga pinjaman macet. "Namun yang terjadi malah uang 1 persen itu digunakan untuk beli baju karyawan dan acara makan-makan," tandasnya.
Penarikan dana 1 persen tersebut tidak berlangsung lama. "Setelah persoalan ini dikonfirmasi wartawan, kebijakan dana 1 persen tersebut langsung ditiadakan," ungkapnya.
Angka 10 persen ini diluar bunga pinjaman. "Bunga pinjaman sebesar 20 persen sehingga ketika nasabah meminjam Rp100 ribu diterima Rp 90 ribu maka total pengembalian nasabah sebesar Rp 120 ribu rupiah," paparnya.
Selain itu, koperasi yang beralamat kantor di Desa Rabakodo, Kecamatan Woha dengan jumlah 30 orang karyawan ini, juga tidak memiliki asuransi untuk karyawan.
"Saya baru baru ini mengalami kecelakaan, pernah meminta bantuan tapi nihil, terpaksa urunan seluruh karyawan," ungkap salah satu diantara mereka. (BT01)