Foto Kepala Yain Yang Tumor |
Sejak sakit, ayah dari empat orang anak tersebut sudah dua kali dirawat di RSUD Bima dan satu kali di Rumah Sakit Muhammadiyah Bima. Namun, penyakit yang menderanya tak kunjung sembuh bahkan semakin memburuk.
Terakhir Yasin dirawat di RSUD Bima sekitar 20 hari yang lalu. Waktu itu, tim dokter memvonis dirinya mengidap tumor otak ganas.
"Suami saya divonis mengidap penyakit tumor otak ganas oleh dokter dan diberi rujukan untuk berobat ke RSUP Mataram,"tutur istri Yasin, Nur Intan, Senin (29/10).
Namun, kata Intan, surat keterangan rujukan dari dokter tersebut, tidak diindahkan lantaran keadaan ekonomi keluarganya yang terbatas. “Dokter beri rujukan ke Mataram, tapi kami tidak punya uang atau biaya sehingga tidak berangkat,”aku Intan.
Dikatakannya, saat ini kondisi suaminya saban hari semakin memburuk dan jarang makan karena rasa sakit yang luar biasa dirasakanya. Bahkan, jika keadaanya memburuk, suaminya selalu histeris dan berontak dannmemukul apa saja yang ada di dekatnya untuk menahan rasa sakit,"bebernya.
Selain menahan rasa sakit, saat ini suaminya tersebut dijauhi beberapa orang lantaran luka di kepalanya mengeluarkan nanah dan menebar berbau tidak sedap.
“Sudah bau pak, karena darah dan nanahnya tetap keluar bahkan sudah kelihatan tengkoraknya. Akibat penyakitnya sudah sangat parah, saat ini suaminya sudah tidak bisa melihat dengan jelas dan ntuk membaca Al Quran saja, sudah tidak bisa lagi melihat huruf-demi huruf,"ungkap Intan.
Masih kata Intan, sejak suaminya sakit, belum ada perhatian pemerintah yang didapatnya. Pemerintah Kecamatan Madapangga, sama sekali belum pernah menjenguk, hanya pemerintah desa saja sering menjenguk belakangan ini.
"Yang sering jenguk hanya pemerintah desa, sementara pemerintah kecamatan tidak pernah kelihatan batang hidungnya,"beber Intan
Untuk mengobati suaminya, dirinya telah mengutang pada beberapa tetangga di desa setempat. Hingga hari ini, utang akibat membiayai pengobatan suaminya sudah sampai puluhan juta,"sebutnya.
Karena, sejak suami sakit, saya juga tidak bisa bekerja dan untuk biaya pengobatan dan biaya hidup terpaksa mengutang,"tuturnya.
Mudah-mudahan, pemerintah atau para dermawan berkenan membantu untuk biaya pengobatan suaminya ke RSUP Mataram. Meskipun memiliki kartu BPJS, namun biaya hidup di Mataram sangat dirasakan berat olehnya.
"Uluran tangan pemerintah dan para dermawan, sangat dibutuhkan,"harapnya Intan. (BT 01)