Bima, Bima Today.- Farlin, seorang bocah (3) tahun, warga Desa Tumpu, Kecamatan Bolo, telah didiagnosa oleh pihak medis, bahwa seorang bocah yang tak berdosa tersebut, diduga menderita penyakit 'bocor ginjal'.
Akibat penyakit yang dialaminya itu, seorang bocah yang memiliki nama lengkap Muhammad Farlin tersebut, sekujur tubuhnya membengkak yang disertai rasa sakit dan kepanasan.
"Saat ini, Farlin, dengan berselimutkan sakit yang menderanya, hanya tinggal dengan seorang neneknya Hawusah, di RT 09 RW 01 Desa Tumpu, Kecamatan Bolo. Karena, kedua orang tua Farlin, telah merantau untuk mengais rupiah di Malaysia, sejak empat tahun lalu.
Untuk kesembuhan Farlin, kita sangat membutuhkan perhatian dan uluran pemerintah serta para dermawan,"jelas nenek Farlin, Hawusah, di kediamannya pada Jum'at (7/9).
Dikatakan Hawusah, selaku nenek Farlin, mengatakan, sekitar tiga tahun yang lalu, cucunya itu, mulai menderita penyakit yang tidak biasa. Seluruh tubuhnya membengkak dan sakit, selain itu Farlin, juga merasa kepanasan berikut perutnya semakin membuncit,"ungkapnya.
Lanjutnya, mulai tahun 2015 lalu hingga saat ini, sudah banyak upaya pengobatan yang dilakukan untuk kesembuhan Farlin. Mulai dari pengobatan tradisonal dengan berbagai macam ramuan hingga pengobatan medis. Farlin, sudah dua kali dirawat di RSUD Sondosia dan dua kali dirawat di RSUD Bima. Namun, kesembuhan bagi Farlin, belum jua kita dapatkan dan tetap saja sakit dengan badan yang semakin membesar seperti ini,"ungkapnya.
“Pengobatan Farlin ke dokter, sudah tidak terhitung lagi saking seringnya. Bahkan, untuk membiayai pengobatan Farlin, rumahpun sudah saya jual,"akunya.
Meski rumah sudah dijual, tetap saja tidak mencukupi biaya pengobatan Farlin yang hingga kini masih sakit. Sekarang, tubuhnya Farlin, semakin membesar yang disertai sakit kepanasan.
Selain itu, Farlin juga sering pingsan ketika rasa sakit yang dia alami kambuh. “Dalam sehari, bisa dua sampai tiga kali Farlin pingsan,”ungkapnya.
Menurut Hawusah, berdasarkan hasil diagnosis dokter di RSUD Bima, Farlin mengalami 'Bocor Ginjal' dan dokter menyarankan agar Farlin dirujuk ke RSUP Mataram atau di rujuk ke Rumah Sakit di Bali.
Akan tetapi, saran dokter tersebut tidak sanggup ditindaklanjuti oleh pihaknya pihaknya lantaran sudah tidak memiliki biaya lagi.
"Jangankan untuk ke mataram atau Bali, ke rumah sakit di Bima saja, saya sekarang sudah tidak sanggup lagi karena sudah tak punya uang,”jeritnya.
Sebelumnya, kata Hawusah lagi, Farlin tidak memiliki kartu BPJS. Namun, karena ada relawan kemanusiaan yang membantu menguruskan BPJS, kini Farlin sudah memiliki BPJS yang berbayar. "Selama ini, tidak pernah mendapat bantuan pemerintah baik BPJS atau PIP,” bebernya.
Meskipun kini telah memiliki BPJS, kendala terbesar yang dialami olehnya untuk pengobatan Farlin yaitu, biaya hidup dan transportasi selama masa pengobatan di Mataram atau di Bali. Biaya berobat di Bima saja, saya sampai jual rumah, gimana dengan biaya hidup dan pengobatan di Mataram dan Bali nanti yang semuanya serba mahal,” imbuhnya.
Masih kata Hawusah, dirinya seringkali tak kuasa menahan air mata ketika melihat keadaan cucunya yang menjerit kesakitan atau tiba-tiba pingsan. "Tiga tahun sudah, cucu saya hidup bergelimang penderitaan seperti ini,"kisahnya.
Dengan adanya ujian serta cobaan di tengah situasi keterbatasan seperti ini, hanya bisa menunggu mukjizat dari Sang Khalik untuk kesembuhan Farlin. Selain itu, saya hanya bisa berharap adanya perhatian pemerintah Kabupaten Bima serta uluran tangan dari para dermawan, agar cucu saya bisa berobat ke Mataram atau Bali,"harapnya.
"Sebab, kami sudah tidak memiliki apa-apa lagi yang bisa dijual untuk biaya pengobatan Farlin, agar dia sembuh supaya bisa menikmati masa bahagia seperti anak-anak yang lain seusianya,”tandas Hawusah, dengan deraian air mata.
Untuk kesembuhan Farlin, kita berharap ada perhatian pemerintah berikut uluran tangan nan kemurahan hati dari para dermawan saja," pintanya. (BT01)