![]() |
Wabup Drs. H. Dahlan. |
Wakil Bupati Bima Dahlan M. Noer, memimpin langsung kegiatan tersebut dengan mengundang anggota DPRD dan seluruh perangkat daerah Kabupaten Bima KOMPAK Provinsi NTB, DC. KOMPAK, DC. Pamsimas, para Kepala Puskesmas, Ketua Tim Penggerak PKK, para Kepala Bidang, Kasubag Para Camat, Koordinator PKH, Koordinator GFN, TA’ PSD Kabupaten Bima.
Yang menjadi narasumber dari kegiatan ini, Direktorat Gizi Masyarakat dari Bappenas RI, Nur Akbar Bahar serta dari Kementerian Desa serta dari Bappenas Provinsi NTB.
Kepala Bappeda Kabupaten Bima diwakili oleh Sekretaris Bappeda H. Fahruddin, S.Sos M.AP dalam pengantar, kegiatan ini sebagai upaya untuk pencegahan terjadinya penurunan angka stunting. Dimana stunting ini, merupakan salah satu kondisi dimana tinggi badan seseorang jauh lebih pendek dibandingkan tinggi badan orang seusianya.
"Penyebab utama stunting adalah, kekurangan gizi kronis sejak bayi dalam kandungan hingga masa awal anak lahir yang biasanya tampak setelah anak berusia 2 tahun,"jelasnya.
Beberapa gejala dan tanda lain yang terjadi kalau anak mengalami gangguan pertumbuhan, berat badan anak tidak naik, bahkan cenderung menurun, perkembangan tubuh anak terhambat, seperti telat menarche (menstruasi pertama anak perempuan), anak mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Dikatakannya, kegiatan rembug Stunting ini, merupakan rencana kegiatan intervensi penurunan stunting terintegrasi, membangun komitmen publik dalam upaya intervensi penurunan stunting terintegrasi.
“Output yang diharapkan dari rembuk stunting ini, adanya komitment penurunan stunting terintegrasi dan rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi,"tuturnya.
Wakil Bupati Bima, Dahlan M.Noer, mengatakan, bahwa Stunting merupakan salah satu indikator status Gizi Kronis dengan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek. Ini menggambarkan gangguan atau pertumbuhan linear yang gagal untuk mencapai potensi genetik sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit infeksi.
"Permasalahan stunting ini, merupakan salah satu fokus program di bidang kesehatan untuk mengantisipasi kondisi gizi kronis yang mengakibatkan anak tumbuh dengan kondisi yang tidak maksimal,"ujarnya.
Kata dia, Stunting disebabkan oleh kekuarangan gizi dalam waktu yang lama, yaitu pada 1.000 HPK dari janin sampai berusia dua tahun. Perkembangan otak dan fisik pada balita stunting menjadi terhambat. "Mereka rentan terhadap penyakit, akibatnya anak yang mengalami stunting cenderung sulit berprestasi. Ketika dewasa, anak stunting mudah mengalami kegemukan sehingga beresiko terkena penyakit jantung, diabetes,"ungkapnya.
Penyebab stunting, lanjutnya, dapat dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan yaitu tingkatan masyarakat, rumah tangga (keluarga) dan individu. "Pada tingkat rumah tangga (keluarga), kualitas dan kuantitas tiga makanan yang tidak memadai, tingkat pendapatan, pola asuh makan anak yang kurang bergizi,"pungkasnya yang dikutip Kabag Humaspro Setda Kabupaten Bima, Hj. Sita Arna. (BT01)